Tolak Wacana UTBK 2020 Dimajukan, 90 Ribu Orang Teken Petisi

Merdeka.com


VONVOND INDONESIA - Kebijakan baru Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kembali menjadi sorotan publik. Bila sebelumnya Kemenristekdikti berniat mendatangkan rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi negeri, kali ini masalah Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang menjadi sasaran.

Informasi ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Naim. Nantinya, ujian masuk PTN 2020 segmen UTBK akan digelar kala siswa SMA memasuki semester lima atau semester pertama pada kelas XII.
"Memang (akan) dimajukan," katanya, Rabu (14/8). "Sehingga siswa SMA yang sudah kelas 3 itu sudah mulai ikut seleksi."
Wacana ini pun sukses menuai beragam reaksi masyarakat. Tak lama setelah wacana ini disampaikan ke publik, seorang warganet dengan akun Devan Hadrian membuat petisi online di situs charge.org bertajuk "Tolak Dimajukannya UTBK ke Semester 5".
"Wacana pemerintah untuk memajukan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2020 mendapat banyak protes," tulisnya sebagai deskripsi petisi yang dibuatnya. "Menurut beliau (Menristekdikti Mohamad Nasir), UTBK dimajukan agar siswa mempunyai waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan UN tanpa harus memikirkan UTBK yang telah dijalani pada semester lima."
"Menurut saya, langkah Kemenristekdikti ini kurang dipertimbangkan secara matang," imbuhnya. "Dimajukannya UTBK ke akhir semester 5 bukannya akan meningkatkan hasil UTBK dan UN, tetapi justru berpotensi menjatuhkan keduanya."
Ia pun menuliskan sejumlah alasan yang mendukung pendapatnya ini. Seperti soal kurangnya waktu persiapan untuk UTBK, ketidaksiapan infrastruktur, materi UTBK yang bertabrakan dengan UN, serta belum adanya alasan yang kuat untuk murid lebih memprioritaskan UN.
Dibuat pada tiga hari lalu, hingga kini, Jumat (16/8) pukul 14.46 WIB, petisi ini sudah diteken oleh 89.480 orang. Sejumlah pendapat pun mereka lontarkan, mulai dari yang mengkritik kebijakan Menristekdikti Mohamad Nasir hingga yang meminta pemerintah untuk turut memperhatikan kesiapan mental para siswa.
"Beban belajar di semester 5 saja sudah cukup berat, apalagi ditambah dengan wacana ini. Kesehatan mental pelajar juga penting!" tulis Christoper Lie.
"Bapak Menteri ini terlalu suka meniru negara-negara maju dengan notabene beliau tidak memperhatikan keadaan aktual lapangan," ujar Yosua Andre. "Kebijakannya juga terkadang kontroversi dan sensasional. Itu menurut Opini Saya Pribadi."
sumber : wowkeren.com
editor    : Satyo


Lebih baru Lebih lama